Sejarah berdirinya monas
Monumen Nasional
Koordinat: [Tunjukkan letak di peta interaktif] 6°10′31″S
106°49′37″E / 6.17528°S 106.82694°E / -6.17528; 106.82694 Monumen
Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah
salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang
perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu
ini diarsiteki oleh Soedarsono dan Frederich Silaban, dengan konsultan
Ir. Rooseno, mulai dibangun Agustus 1959, dan diresmikan 17 Agustus 1961
oleh Presiden RI Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal
12 Juli 1975.
Pembagunan tugu Monas bertujuan mengenang dan
melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan
1945, agar terbangkitnya inspirasi dan semangat patriotisme generasi
saat ini dan mendatang.
Tugu Monas yang menjulang tinggi dan
melambangkan lingga (alu atau anatan) yang penuh dimensi khas budaya
bangsa Indonesia. Semua pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Alu
dan lumbung merupakan alat rumah tangga yang terdapat hampir di setiap
rumah penduduk pribumi Indonesia.
Lapangan Monas mengalami
lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada,
Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu
terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat
berolahraga. Pada hari-hari libur
Bentuk Tugu peringatan yang
satu ini sangat unik. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang
berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 m.
Di
puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala
obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35kg.
Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang
ingin meraih kemerdekaan.
Pelataran puncak dengan luas 11x11
dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator
terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak
tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota
Jakarta. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak
di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut
lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh ke Barat
membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat
lepas landas.
Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas,
terdapat lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan
berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Pelataran
puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti melambangkan
Bangsa Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa.
Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m.
Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 m,
merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI
(17-8-1945).
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki
pelataran tugu puncak Monas atau museum, dapat melalui pintu masuk di
seputar plaza taman Medan Merdeka, di bagian utara Taman Monas. Di
dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang
sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan
oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui
terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah,
pintu masuk pengunjung ke tugu puncak Monas yang berpagar "Bambu
Kuning".Landasan dasar Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang
museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat
menampung pengunjung sekitar 500 orang.
Pada keempat sisi
ruangan terdapat 12 jendela peragaan yang mengabdikan peristiwa sejak
zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding,
tiang dan lantai berlapis marmer. Selain itu, ruang kemerdekaan
berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas,
menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura
yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula
untuk bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga ke atas dengan
menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota
Jakarta dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari,
mulai pukul 09.00 - 16.00 WIB.
Bentuk Tugu peringatan yang
satu ini sangat unik. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang
berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 m.
Di puncak
Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor
perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35kg. Lidah
api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin
meraih kemerdekaan.
Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat
menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator
terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak
tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota
Jakarta. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak
di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut
lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh ke Barat
membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat
lepas landas.
Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas, terdapat
lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m,
terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Pelataran puncak tugu
berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti melambangkan Bangsa
Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi
pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m. Luas
pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 m, merupakan
pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak
Monas atau museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman
Medan Merdeka, di bagian utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam
air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda,
terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
Patung itu dibuat oleh
pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral
Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui terowongan yang berada 3 m di
bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung ke
tugu puncak Monas yang berpagar "Bambu Kuning".
Landasan
dasar Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah
perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat menampung
pengunjung sekitar 500 orang.
Pada keempat sisi ruangan
terdapat 12 jendela peragaan yang mengabdikan peristiwa sejak zaman
kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang dan
lantai berlapis marmer. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk
amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan
atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan
RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang
bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.